Mendidik Tidak Bisa Mendadak dan Mendadak Tidak Bisa Mendidik

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan perbuatan mendidik adalah upaya yang dilakukan untuk mengantarkan peserta didik kearah pendewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Mendidik bisa dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap, mental dan aklak anak didik.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai mendidik,   mari kita lihat pendapat beberapa ahli:
§    Mendidik seorang pria sama dengan mendidik anak manusia. Tapi mendidik seorang wanita sama dengan mendidik sebuah keluarga. Cak Lontong (Lies Hartono).
§      Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali. Aristoteles.
§    Mereka yang mendidik anak dengan baik adalah lebih dihormati daripada mereka yang melahirkan mereka, karena hal tersebut memberi mereka kehidupan. Itu adalah seni untuk hidup dengan baik. Aristoteles.
§   Tugas pemimpin negara ialah: membujuk, memimpin, berkorban, serta selalu mengajari rakyat. Tugasnya yang terpenting adalah mendidik. Franklin D. Roosevelt
§    Apa artinya terlahir sebagai bangsa yang merdeka jika gagal untuk mendidik diri sendiri. Albertus Soegijapranata
§    Mendidik anak bukan dengan segebung nasehat dan larangan. Tapi dengan teladan dan penuh pengertian. Mira W.

Dari berbagai pengertian di atas bisa kita simpulkan, bahwa mendidik sangat penting untuk mendewasakan anak-anak kita supaya benar-benar menjadi manusia dengan cara-cara yang manusiawi.  Artinya mendidik itu harus dilakukan dengan mengutamakan hati bukan pikiran. Mendidik itu harus dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Mendidik sesungguhnya kita memberikan keteladanan dan pengertian kepada peserta didik.

Apakah mendidik itu bisa dilakukan secara mendadak? Mari kita lihat proses panjang yang dilakukan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Gaffar mengatakan bahwa LPTK memiliki tugas pokok untuk mendidik calon-calon pendidik, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. LPTK merupakan salah lembaga yang menyiapkan calon tenaga pendidik secara profesional dalam satu setting pengkondisian tertentu. Yang disebut setting pengkondisian tertentu adalah proses pendidikan tenaga pendidik yang harus didesain dan dipersiapkan sedemikian rupa hingga mampu membentuk karakter yang diharapkan.

Dengan pengkondisian tertentu diharapkan lahirlah tenaga-tenaga pendidik yang kapabel, professional, amanah dan berkarakter. Dalam proses pendidikan tenaga pendidik ini mengalami beberapa tahapan yang sangat panjang. Diawali dari perekrutan, proses pembelajaran, penilaian peembelajaran dan penjaminan mutu lulusan.

Seorang calon pendidik harus menguasai beberapa dimensi kompetensi.  Mulai dari dimensi profesional, pedagogik, sosial, dan personal. Artinya bahwa seorang pendidik tidak bisa dilahirkan begitu saja, tetapi perlu proses yang memakan waktu yang relatif lama dan membutuhkan sejumlah kompetensi.  Selain itu, pendidik memerlukan kesabaran, komitmen yang tinggi, konsisten, dan perlu perjuangan. Karena itu mendidik tidak bisa dilakukan dengan cara dadakan. Mereka harus sengaja dididik, dilatih dan dipersiapakan secara optimal.

Apakah mendadak itu bisa mendidik?  Mendadak adalah peristiwa tiba-tiba atau sekonyong-konyong.  Mendadak adalah spontanitas, sesuatu kejadian yang tidak direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya. Rata-rata mendadak atau dadakan tidak disukai orang. Kecuali berhubungan dengan masalah makanan, misalnya gurame bakar dadakan, sambel ijo dadakan, bakwan dadakan, dan lain sebagainya. Serba dadakan yang berhubungan dengan makanan itu mengenakan dan mengasyikkan.

Kembali ke persoalan apakah mendadak itu bisa mendidik? Seperti saat ini-selama pandemic coronavirus (covid-19)- orang tua dipaksa untuk menjadi tenaga pendidik situasional atau saya lebih senang menyebutnya dengan sebutan “Pendidik Dadakan”.  Apa ini bisa dilakukan? Saya kira, ini bisa dilakukan selagi orang tua mampu mengkondisikan dan berupaya maksimal supaya anaknya dapat berubah ke arah yang lebih baik.

Tetapi, apakah ini bisa dilakukan oleh setiap orangtua? Itu yang menjadi pertanyaan besar dan menunggu jawaban sejujurnya dari para orang tua. Mari kita tengok sejenak, proses pendidikan yang dilakukan orangtua selama Belajar dari Rumah (BDR). Apakah proses pendidikan semasa ini bisa dikatakan efektif?  Jawaban ini sangat situasional dan kondisional. Bagi orang tua yang memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mendidik, ini mungkin bisa efektif. Tetapi bagi orang tua yang dalam kondisi keterpaksaan, mungkin ini yang perlu kita timbang. Apalagi proses yang hanya dilakukan dengan apa adanya bukan ada apanya.

Apakah belajar dari rumah itu sukses? Jawaban saya ragu,  kalau belajar dengan bimbingan orang tua itu sukses. Karena banyak bukti dan fakta yang menunjukkan bahwa pembelajaran dari rumah kurang berhasil. Banyak  beredar video atau foto di media massa dan media sosial yang menunjukkan bahwa anak yang sudah rindu dan kangen dengan cara dan gaya gurunya mengajar di sekolah.  

Ini adalah salah satu sinyal atau indikator yang menggambarkan bahwa belajar dari rumah kesuksesannya masih diragukan. Kehadiran guru dalam proses pendidikan tenyata tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Apakah itu oleh orangtua, apakah itu dengan alat dan media, apalagi oleh orang yang bukan ahlinya. Pendek kata bahwa mendidik itu perlu persiapan yang matang tidak seperti membuat makanan, yang memang prosesnya bisa dadakan. Mendidik itu tidak bisa dadakan dan mendadak itu tidak bisa mendidik.  Wallahu a’lam….

Bekasi, 8 Mei 2020

Yan Supyanto

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Bahan Untuk Renungan

Kebencian itu Seperti Bau Tomat Busuk