Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah
Dengan mewabahnya virus korona (covid-19), telah
memaksa mengubah potret pendidikan di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.
Perubahan yang harus segera dilakukan diantaranya adalah proses pembelajaran.
Karena kalau terlambat akan mempengaruhi hasil belajar putra-putri kita. Kalau
hasil belajar terganggu, maka kualitas sumber daya manusia kedepan akan
terganggu pula.
Lantas apa sih yang disebut belajar? Belajar adalah
perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik
dan dari tidak bisa menjadi bisa melalui bantuan orang dewasa. Intinya dengan bantuan
orang dewasa, peserta didik terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
tentang ahlak, kepribadian, pengetahuan dan
keterampilan.
Kalau begitu harus dicarikan solusinya, bagaimana pola
pembelajaran yang efektif selama wabah ini melanda. Pembelajaran efektif itu
sendiri berarti pembelajaran yang membandingkan
ketercapaian antara tujuan yang diinginkan dengan hasil pencapaiannya. Artinya
pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang menghabiskan waktu yang relatif
singkat, tetapi tetap menghasilkan sesuatu sesuai sesuai tujuan yang diinginkan.
Mau tidak mau, suka tidak suka solusi terbaik yang
harus dilakukan adalah pembelajaran dari rumah. Banyak macam dan cara yang bisa
dilakukan proses belajar dari rumah. Diantaranya menggunakan media online
seperti Zoom, Webex, Google Meet,
Hangout, Microsoft, Telkom Umeetme, WhatsApp, Rumah Belajar dan media online lainnya. Apakah media online
ini bisa menggantikan gurunya? Tentu jawabannya tidak. Guru adalah orang yang
tidak bisa tergantikan oleh siapapun dalam proses pembelajaran.
Kalau begitu, berarti harus dicari siapakah yang bisa
- paling tidak mendekati - orang yang bisa berperan sebagai guru pada masa
pembelajaran dari rumah ini. Satu-satunya yang bisa menggantikan peran guru
untuk sementara waktu adalah orang tua siswa itu sendiri. Saya lebih senang
menyebutnya orang tua itu dengan sebutan “guru dadakan”
Lalu model pembelajaran yang bagaimana yang bisa
dilakukan? Penulis menawarkan model pembelajaran kombinasi (blended learning).
Apa Itu Blended Learning (tipe penulis) yaitu proses pembelajaran yang
menyatukan antara sistem pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Pembelajaran online bisa dilakukan oleh guru
(guru sewaktu di sekolah) dari rumah. Tetapi
proses tatap mukanya harus melibatkan orang tua siswa sebagai “guru dadakan”.
Dalam implementasinya guru yang sebenarnya hanya
menyampaikan pembelajaran melalui media online, apakah itu lewat WA, SMS atau
sejenisnya sesuai kondisi dan fasilitas yang dimiliki siswa masing-masing, lalu
mengumpulkan dan menghimpunnya. Tapi ingat materi yang disampaikan tidak hanya
berbasis pengetahuan. Sedangkan orang tua yang berperan sebagai “guru dadakan”
harus menjadi guru sesungguhnya, yaitu guru yang bisa menjadi seorang pengajar,
pendidik, motivator inspirator, dan penggerak bahkan sekaligus menjadi evaluator
dalam pembelajaran di rumah.
Orang tua harus sadar betul untuk mengerjakan tugas
barunya ini. Karena itu, pembelajaran dari rumah harus mengedepankan etika,
moral dan berbagai macam kecakapan hidup. Ini penting dilakukan oleh guru dan orang
tua supaya selama proses belajar di rumah anak-anak kita menjadi nyaman dan
menyenangkan. Jadi tidak ada alasan
bahwa proses pembelajaran di rumah tidak efektif.
Inilah kesempatan emas, kesempatan terbaik bagi orang
tua untuk berlama-lama dengan anaknya. Yang mungkin selama ini terlalu sibuk
bekerja, sehingga melupakan tugas utamanya yaitu mendidik putra-putrinya. Oleh
karena itu dalam proses pembelajarannya harus mengedepankan pembelajaran yang
bermanfaat dalam kehidupannya sesuai pinsip UNESCO yaitu dengan menerapkan learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together.
Belajar itu harus tetap terjadi, meski terjadi pergeseran
tanggungjawab dari guru di sekolah kepada guru di rumah. Materi pembelajaran tidak boleh mengejar
target kurikulum semata, tetapi harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
diri, keluarga dan masyarakat.
Hubungan segitiga antara guru, anak, dan orang tua
(guru dadakan) ini yang harus diutamakan.
Dalam proses belajar di rumah yang menjadi subjek belajar tetap adalah anak
didik, teknologi hanya sebagai alat. Dalam penggunaan teknologi
juga anak-anak harus di dampingi oleh orang tua. Dalam proses pembelajaran dari
rumah itu harus menjadikan rumah sebagai proses pembelajaran yang pertama dan
utama. Karena itu dalam mengajar anak harus kembali ke ajaran Ki Hajar
Dewantara yaitu:
Pertama, orang tua harus mengajar dengan penuh keikhlasan. Orang tua tidak ada lagi marah-marah
atau menyalahkan orang lain, apalagi sampai menyalahkan pihak sekolah.
Kedua, orang tua harus rela berkorban mungkin masalah waktu,
tenaga, bahkan pikiran yang selama ini harus menjadi “guru dadakan”.
Ketiga, orang tua harus memerdekakan anak belajar. Setiap anak unik ,
maka perlakuan anak juga harus disesuaiakan kemampuannya.
Keempat, dalam proses
pembelajaran orang tua harus memberikan kedamaian tidak boleh ada tekanan. Anak harus
benar-benar merasa nyaman dan senang belajarnya.
Kelima, orang tua harus memberi contoh dan keteladanan dalam hal ketertiban.
Begitu juga dalam proses pelaksanaan pembelajaran harus
kembali kepada ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu sistem Among. Sistem Among yaitu alat pendidikan sebagai
pemeliharaan berupa perhatian untuk mendapatkan
tumbuh berkembangnya peserta didik, baik lahir maupun batin menurut kodratnya
sendiri.
Karena itu proses pembelajaran bagi anak di rumah
harus mengedepankan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara,
yaitu:
Pertama belajar harus sesuai
dengan kodratnya. Ia belajar apa yang disenanginya apa yang dicintainya, tidak
boleh mengajarkan yang luar natas kemampuannya.
Kedua, belajar adalah kemerdekaan artinya juga dalam belajar
harus merdeka, mereka bisa belajar mengatur waktunya sendiri tapi tetap ada aturan
yang membatasinya.
Ketiga, belajar kemanusiaan jadi keluarga ini harus
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan seperti toleran, menghargai orang lain,
rela berkorban dan lain-lain.
Keempat, belajar kebudayaan, misalnya mengenalkan seni dan budaya nasional serta daerahnya.
Kelima, belajar kebangsaan, yaitu belajar mencintai tanah air dan
bangsanya.
Ki Hajar Dewantara, telah mengamanatkan untuk menjadikan
sekolah dan rumah sebagai taman. Siapa sih orang yang tidak mengenal Taman?
Pasti semua tahu bahwa taman itu
menyenangkan, mengasyikkan dan ingin berlama-lama berada di taman tersebut. Karena
itu proses belajar di rumah juga harus menyenangkan.
Proses belajar yang sesungguhnya, harus dikembalikan
keajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karso,
Ing Ngarso Sung Tolodo. Semoga….
Bekasi, 2 Mei 2020
Yan Supyanto
mantul peserta nomor 40
BalasHapus