Guru Jangan Kerdil Karena Dicaci dan Jangan Jumawa Karena Dipuja


“Guru juga manusia”. Manusia adalah tempat berbuat salah dan dosa. Manusia bukan malaikat. Yang selalu berbuat baik dan taat. Jadi kalau guru berbuat salah ya wajar karena  guru adalah manusia. Lantas apa yang tidak wajar? Yang tidak wajar kalau guru terus-menerus melakukan kesalahan.
Bukankah guru juga suka berbuat baik? Guru adalah mahluk yang paling dibutuhkan. Terutama bagi kemajuan anak bangsa. Saking diperlukannya setiap guru menjadi pusat perhatian. Karena menjadi pusat perhatian, salah sedikit pasti menjadi viral.
Guru menjadi idola yang sejati. Kenapa menjadi idola? Karena keberadaan guru dirindukan. Bahkan banyak anak didik yang mengidolakan gurunya dibanding kedua orang tuanya.
Masih perlu bukti? Kalau diajarin oleh orang tua, siswa suka bicara kata bu guru bukan begitu. Kalau diajari ibu bapak di rumah, anak bicara ibu bapak mah marah-marah melulu. Bukankah itu bukti bahwa guru lebih didengar daripada orangtuanya sendiri?
Guru adalah manusia yang banyak karya. Bukankah anda juga bisa menduduki jabatan sekarang karena jasa profesi guru? Anda menjadi seorang peneliti karena jerih payah umar bakri. Anda menjadi pengamat juga jasa seorang guru. Anda jadi pejabat berkat tangan hebat para guru. Anda pandai beretorika karena peran guru juga. Lantas profesi apa yang tidak ada campur tangan seorang guru? Semua karya monumental yang ada pasti ada campur tangan seorang guru.
Guru itu tidak diskriminatif. Guru bisa mengajar siapa saja. Mengajar anak dari keluarga cendana sampai keluarga yang merana. Guru mendidik anak dari keluarga yang penghasilan selangit sampai yang ekonomi sulit. Guru membina anak dari daerah perkotaan sampai di daerah perbatasan. Guru membimbing anak dari keluarga konglomerat sampai keluarga yang melarat. Guru memperlakukan sama sebagai anak bangsa.
Guru itu multi talenta. Guru bisa mengajar anak yang berbakat sampai anak yang berkebutuhan khusus. Guru bisa mendidik anak yang bertipe belajar audio sampai tipe visual, bahkan anak yang bertipe kinestetik. Semua terlayani dengan baik tanpa ada yang terdzolimi.
Apakah anda lupa bahwa semua instansi atau departemen menitipkan pembelajaran kepada para guru? Kepolisian menitipkan pendidikan lalu lintas. Komisi Pemberantasan Korupsi menitipkan pendidikan anti korupsi. Departemen kesehatan menitipkan Usaha Kesehatan Sekolah dan lain-lain. Ini adalah bukti bahwa guru adalah orang yang tepat menjadi agen perubahan.
Guru juga banyak menahan diri. Menahan diri untuk hidup sederhana jauh dari kemewahan. Menahan diri dari hidup berpoya-poya karena gaji tak memadai. Menahan diri untuk tidak marah jika anak susah diajari. Bahkan menahan diri jika disakiti muridnya sendiri.
Guru itu banyak mengelus dada. Jika ada masalah diadukan kepada ke pengadilan. Jika salah ucap dibuli habis-habisan. Jika ada guru berperilaku yang menyimpang, terus-terusan menjadi bahan guncingan.
Jika anak berprestasi, orang sekitar bilang “Siapa sih ibu bapaknya? Jika anak menjadi juara siapa sih ayah bundanya? Jika anak sukses orang berkata siapa abi dan uminya. Tetapi kalau ada anak yang bermasalah, siapa sih gurunya? Nasib… ya nasib….
Guru telah mengikhlaskan dirinya, jika muridnya jauh lebih pintar dari gurunya. Guru adalah orang yang bangga kalau muridnya lebih hebat dari dirinya. Itulah kehebatan seorang guru.
Presiden saja menghargai guru. Apalagi posisi anda bukan presiden. Jadi tidak usah bersedih para guru kalau ada yang mencaci atau mengerdili. Mungkin dia belum paham tugas dan fungsi guru. Maafkanlah mereka….bukankah memaafkan itu perbuatan yang mulia?
Begitu juga jangan menjadi sombong dan jumawa jika anda mendapat pujian. Pujaan atau pujian adalah sebuah cobaan. Karena sesungguhnya kalau kita gila pujian, justru akan meningkatkan rasa kesombongan kita.
Tidak usah bersedih teman-teman guru. Karena pekerjaan anda mulia. Sampai kapanpun anda adalah orang yang selalu dibutuhkan. Meski secanggih apapun teknologi, kehadiran dan keberadaan anda tetap diperlukan.
Guru teruslah berjuang untuk memajukan anak bangsa. Jangan merasa lebih pandai dari yang lain. Belajar dan terus belajar. Guru tumpuan masa depan bangsa. Guru garda terdepan memerangi kebodohan!  Wallahu’alam
Bekasi,  16 Mei 2020
Yan Supyanto

Komentar

  1. Mantap pembahasannya....guru ditiru dan digugu...
    Dan keberadaan guru tidak bisa tergantikan oleh kecanggihan teknologi.
    Hidup guru....
    Biar dicaci tetap berseri...

    BalasHapus
  2. Sae pisan Pak Haji.....mudh2an guru selalu ikhlas mendidik dan membimbing peserta didiknya🙏🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Bahan Untuk Renungan

Kebencian itu Seperti Bau Tomat Busuk