Berkah Dibalik Wabah


Hari ini tanggal 24 Mei 2020 adalah hari bersejarah. Bersejarah karena hari ini adalah hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah. Hari raya kemenangan umat Islam dalam mengalahkan hawa nafsu yang selalu mengajak hidup serakah.

Selain itu bersejarah karena, seumur hidupku baru merayakan hari Raya Idul Fitri seperti ini. Dunia akan mencatat Idul Fitri ini hanya dengan keluarga inti. Hari raya tanpa bisa berkumpul keluarga besar. Lebaran tanpa silaturrahim dengan tetangga sekitar. Lebaran tanpa mudik dan pulang kampung halaman.

Lebaran kali ini benar-benar luar biasa. Lebaran yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.  Takbiran di rumah saja. Shalat idul fitri  tanpa ke masjid atau musala. Open house pelaksanaannya tidak diperbolehkan.  Halal bihalal dilarang diselenggarakan.

Lebaran tanpa kehadiran orang-orang terdekat. Tanpa kehadiran orang-orang tercinta. Tanpa bertemu orang tua. Tanpa jumpa orang yang berjasa terhadap saya dan keluarga.

Semua itu dilakukan demi mencegah meluasnya wabah. Wabah telah meluluh lantahkan semua kebiasaan di hari raya. Kebiasaan-kebiasan yang rutin setiap tahun diselenggarakannya.

Karena wabah, kebiasaan yang boleh menjadi tidak boleh.

Sebelumnya sholat berjamaah di masjid sangat dianjurkan. Selama wabah ngga boleh dilakukan. Dulu takbiran keliling boleh dilaksanakan, sekarang ngga boleh lagi diadakan. Halal bihalal yang sangat diandalkan dalam menjaga silaturahim, sekarang dilarang diselenggarakan.

Sebaliknya dengan korona, kebiasaan yang tidak biasa menjadi biasa.

Sebelum korona, sholat sendiri di rumah tidak dinjurkan sekarang menjadi ajakan. Orang yang selalu di rumah di sebut kuper, sekarang malah disarankan “di rumah saja!” Orang memakai tutup mulut dan wajah dianggap sombong, sekarang kemana-mana harus memakai masker.

Lantas apakah betul wabah korona itu musibah? Mungkin bagi sebagian orang adalah musibah. Karena dianggap menimbulkan berbagai macam kesulitan. Karena telah menimbulkan berbagai macam kesengsaraan.

Tadinya punya pekerjaan sekarang tidak punya pekerjaan. Dulu punya jabatan sekarang hilang jabatannya. Sebelumnya punya penghasilan tetap, sekarang tidak. Awalnya punya asset milyaran sekarang melorot mulai berkurang.

Boleh jadi bagi sebagian orang, korona adalah berkah. Apa buktinya? Jasa kiriman paket asalnya sepi sekarang meroket. Jasa aplikasi online dulu jarang pelanggan sekarang penuh orderan. Penjual pulsa dulu biasa-biasa saja, sekarang penghasilannya luar biasa.

Dengan korona ada yang jauh lebih penting.

Dengan korona telah mengingatkan akan pentingnya menjaga diri. Pentingnya menjaga keutuhan keluarga. Dan pentingnya menjaga kebersamaan dalam masyarakat.

Menjaga diri dengan cara hidup sehat. Mencuci tangan dengan air mengalir secara teratur. Makan makanan bergizi dan menjaga imunitas diri tetap tinggi.

Korona telah mengajarkan kita akan pentingnya keluarga. Kebersamaan dengan keluarga itu adalah yang berharga. Kita diajarkan untuk selalu mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Korona juga telah mengajarkan hidup bersih di lingkungan sekitar. Hidup harus toleran dengan masyarakat sekitar. Dalam masyarakat menghargai perbedaan yang ada. Kita harus bekerjasama dan bergotong royong mencegah meluasnya wabah.

Korona menimbulkan berbagai kesadaran.

Dengan korona telah menimbulkan berbagai macam kesadaran. Kesadaran Akan dinamisasi kehidupan di bumi ini. Kesadaran bahwa kehidupan dunia ini selalu berubah. Kesadaran bahwa kemampuan manusia itu terbatas. Kesadaran akan fananya kehidupan dunia.

Kalau begitu ternyata hukum manusia itu semua bersifat sementara. Tidak ada yang kekal.  Yang kekal adalah hukum yang Maha Kuasa. Bagi orang-orang yang berpikir positif,  ternyata korona itu telah mengembalikan kesadaran yang sesungguhnya.

Sadar akan jati diri kita. Kita ini siapa? Berasal dari mana? Dan akan kembali kemana? Serta bekal apa yang akan dibawa? Saat kita menghadap Sang Klolih Yang Maha Pencipta.

Dengan makluk kecil yang namanya korona. Kita sudah panik tak berdaya. Apalagi dengan musibah yang lain yang lebih besar.

Harta yang jadi andalan. Jabatan yang kadang menjadikan kesombongan. Kekayaan yang kadang menjadi bahan kecongkakan adalah tak ada arti apa-apa. Karena itu semua akan ditinggalkan. Yang dibawa  adalah amal kebaikan.

Korona adalah ujian. Apakah dengan korona menjadi kita lebih dekat dengan Sang Pencipta? Atau malah sebaliknya. Siapa saja yang lulus ujian, akan mendapatkan keberkahan di kemudian.

Ayo, jadikan korona ini menjadi berkah. Bukan menjadi musibah.  Ayo mendekatkan diri kita pada yang Maha Kuasa. Dengan rajin beribadah, tetap berdo’a, bersyukur, berihtiar dan bertawakal pada-Nya. Wallahu’alam.

Refleksi diri
Bekasi, 24 Mei 2020


Yan Supyanto










Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Bahan Untuk Renungan

Kebencian itu Seperti Bau Tomat Busuk