Ketika Masa Depan Adalah Sekarang
Sebelum mewabahnya Coronavirus Disease (Covid 19), para guru berpandangan bahwa Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) baik untuk masa depan, tetapi belum pas buat masa kini. TIK hanya cocok untuk guru-guru dan anak-anak yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makasar dan lain-lain. TIK tidak cocok untuk guru-guru dan anak-anak yang tinggal di daerah terpencil dan pedalaman. TIK juga membutuhkan investasi yang harus dibicarakan di berbagai pihak berkepentingan. Secara pedagogik TIK masih dipertanyakan efektivitasnya dan yang tidak kalah penting adalah guru-guru belum siap, perlu banyak pelatihan terlebih dahulu.
Dengan adanya Coronavirus Disease (Covid 19), merubah wajah pendidikan kita. Pembelajaran tatap muka sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Belajar jarak jauh menjadi satu-satunya cara yang harus diadopsi, baik di kota maupun di pedesaan. Pemanfaatan teknologi informasi, komunikasi, dan internet adalah sebuah keniscayaan. Peserta didik milenial relatif telah siap sedangkan guru tidak ada pilihan lain selain harus belajar beradaptasi.
Apa yang harus dilakukan guru mengejar ketertinggalan tersebut? Kuncinya adalah motivasi diri, (tanggungjawab moral) dan selalu meningkatkan kemampuan (kompetensi). Caranya adalah belajar sambil melakukan (learning by doing). Belajarnya dari orang lain dengan memanfaatkan dunia siber (youtube, google, internet, media sosial, dan lain sebagainya.
Tahun 2020 adalah kesempatan bagi para guru untuk mengejar ketertinggalan dalam memanfaatkan TIK untuk pendidikan. Caranya adalah merancang proses pembejaran jarak jauh menggunakan TIK. Memilih metode yang tepat dalam pembelajaran jarak jauh. Menyususn strategi pembelajaran yang akan diselenggarakan secara bijak. Mengembangkan bahan ajar secara cepat namun tepat. Menyelenggarakan proses belajar mengajar secara efektif dan menarik. Melalukan evaluasi proses pembelajaran secara benar baik itu formatif maupun sumatif. Menyempurnakan strategi dan proses pembelajaran secara bertahap. Keseluruhan tugas dan kompetensi tersebut harus ada di dalam DNA seorang guru
Beberapa tantangan yang harus segera diselesaikan oleh guru adalah proses belajar mengajar tidak boleh berhenti. Guru harus tetap menjadi arsitek pembelajaran jarak jauh berbasis TIK. Tidak ada yang perlu ditunggu, pergunakan apapun yang ada dan dimiliki untuk menjalankan proses pembelajaran. Tidak perlu takut salah dan gagal, karena kesalahan dan kegagalan merupakan bagian dari proses belajar. Mulailah dari diri dan lingkungan sendiri, tidak perlu memikirkan hal-hal yang berada di luar kendali. Orang bijak berkata “lebih baik setengah–setengah benar, dari pada benar-benar salah” dalam penerapan TIK. Guru harus menjadi garda terdepan dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh.
Guru dalam pembelajaran jarak jauh dapat menggunakan Media atau Tools berupa: Pertama, Teleconference seperti Zoom, Webex, Google Meet, Hangout, Microsoft, Telkom Umeetme, Whatsapp dan lain-lain. Kedua, Learning Management System seperti Moodle, Edmodo, Google Classroom, Microsoft 365, Schologi, Tcs Ion, OpenedX, Rumah Belajar dan lain-lain. Ketiga, Kuis Online seperti Kahoot, Quizizz, Mentimeter, Proprofs, Google Form, Modle, Microsoft dan lain-lain. Keempat, Sumber Belajar seperti Google, Bing, Yahoo,, Mooc (Edx, Coursera, Udemy, Udacity, IndonesiaX, Pustekkom) dan lain-lain.
Dengan menyebarnya Coronavirus Disease (Covid 19), telah menyadarkan para guru untuk segera mengubah strategi pembelajarannya. Dunia telah berubah dengan cepat, pembelajaran tatap muka dipaksa untuk digantikan dengan pembelajaran jarak-jauh. Tapi saya yakin, guru yang hebat adalah guru yang bisa menyesuaikan diri dengan tantangan yang dihadapinya. Termasuk dunia milenial yang sudah datang lebih awal, di luar prediksi guru-guru kita.
Bekasi, April 2020
Yan. Supyanto
Komen Ya
BalasHapusBetul banget, apabila dlm keadaan spt ini guru gaptek..maka smua materi yg seharusnya diterima oleh murid tidak akan tersampaikan
BalasHapus