BDR Menjadi Anak Kreatif

Hampir sudah enam minggu anak-anak belajar di rumah. Hal ini dimaksudkan untuk memutus penyebaran coronavirus disease (covid-19).

Banyak hal yang terjadi selama proses belajar di rumah. Mulai dari bagaimana orang tua yang terlibat langsung dalam pengelolaan  pembelajaran jarak jauh. Semula orangtua tidak pernah membayangkan sebelumnya akan terjadi seperti ini. 

Begitu juga belajar anak, yang semula menggunakan pola pembelajaran tatap muka, harus beralih kepada pembelajaran jarak jauh atau yang lebih dikenal dengan nama belajar dari rumah (BDR).

Kali ini saya akan menyoal tentang bagaimana kreativitas karya anak yang dihasilkan selama belajar dari rumah. Topik tersebut seolah sepele dan tidak ada manfaatnya. Tetapi kalau kita gali dengan cermat, ada hal yang luar biasa yang bisa kita temukan tentang kreativitas hasil belajar anak di rumah.

Secara jujur harus kita akui, kreativitas yang dihasilkan anak selama BDR ini bermacam-macam. Baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini tergantung kreativitas  yang dimiliki oleh anak, dan  didukung oleh fasilitas yang tersedia di rumah masing-masing.

Tetapi yang harus kita acungkan jempol dan kita beri apresiasi adalah,  banyak kreativitas karya anak yang luar biasa bahkan diluar ekspektasi orang dewasa. Ada anak yang melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang begitu fasih dan indah suaranya. Ada anak yang menjadi chef yang menyajikan berbagai jenis makanan. Ada anak yang berpidato dengan gaya khasnya yang memukau seperti seorang orator .

Ada anak yang menjadi penyanyi diiringi alat musik yang begitu merdu suaranya. Ada anak yang membuat video tentang covid-19 dengan suara khas seperti seorang presenter sungguhan. Ada anak yang menjadi penceramah, seperti seorang Da’i Sejuta Umat. Dan masih banyak lagi talenta yang diperlihatkan dan dipertontonkan anak-anak kita selama belajar di rumah.

Timbul pertanyaan, mengapa potensi anak selagi di sekolah tidak tergali dengan baik, sehingga kreativitas anak tidak terlihat? Mari kita merenung sejenak, ada apa dengan proses pembelajaran di sekolah?

Boleh jadi, sewaktu pembelajaran di sekolah pengelolaan kelas terlalu sering menggunakan pendekatan klasikal, sehingga potensi-potensi yang dimiliki anak belum bisa terekplorasi secara baik. Hal ini masuk akal, karena jumlah siswa dalam satu kelas sebuah sekolah di Indonesia belum ideal, baru sekolah-sekolah tertentu saja yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.

Penyebab lain, bisa saja anak merasa takut oleh guru atau juga ketika menampilkan kreativitasnya takut ditertawakan oleh teman-teman sekelasnya.  Mungkin juga fasilitas di sekolah terbatas, sehingga anak tidak bisa mengaktualisasikan ide dan gagasannya dalam bentuk karya kreatifnya.

Terlepas itu semua, yang ingin saya sampaikan adalah, ternyata anak itu memiliki banyak potensi yang beraneka ragam, meski tugas yang diberikan oleh gurunya sama tetapi karya yang dihasilkan adalah berbeda. Dengan kata lain stimulus yang sama belum tentu menghasilkan respon yang sama.

Hal ini menunjukkan, bahwa setiap anak memiliki gaya dan cara belajar yang unik. Apabila guru tidak bisa memahami potensi anak yang unik itu, maka potensi yang dimiliki anak tidak dapat tergali dengan baik.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah, ternyata anak dalam kondisi yang bebas berekpresi, bebas berkreasi tanpa ada tekanan dan paksaan akan melahirkan karya-karya yang spektakuler. Karena itu, sebagai guru atau orang tua kita harus mengahargai karya anak dengan sebaik-baiknya.

Tugas guru sekarang ini, telah terjadi pergeseran yang sangat cepat.  Dimana, hari ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, karena anak dapat belajar dari berbagai media online sebagai sumbernya.

Guru juga jangan lagi mengharapkan anaknya menjadi pintar. Karena kepintaran hanyalah milik yang Maha Kuasa. Dan juga,  kepintaran tidak dapat menyelesaikan masalah kehidupan saat ini dan masa mendatang. Karena masih banyak variabel lain yang bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan persoalan-persolan bangsa ini.

Implikasinya, tugas guru sekarang adalah harus pokus kepada bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki  anak berkembang secara optimal dan maksimal.

Optimal artinya, bahwa setiap anak dilahirkan dengan bakat-bakat tertentu. Bakat tersebut harus difasilitasi dan dimediasi oleh guru.  Karena  potensi yang baik, tanpa ada sentuhan tangan-tangan kreatif guru atau orang dewasa, tidak akan berkembang sesuai kapasitasnya.

Maksimal dalam artian bahwa kemampuan anak dapat didorong dan dimotivasi supaya menjadi karya terbaiknya.

Semoga saja kita sebagai orang dewasa bisa melahirkan anak-anak kreatif. Karena dengan anak-anak yang kreatif, bangsa ini bisa keluar dari berbagai macam persoalan yang menjadi masalah selama ini. Semoga….


Bekasi, 20 April 2020


Yan Supyanto

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resep Menjadi Penulis Pemula

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Pikiran Anda Menentukan Karakter Anda