Anda Mau Jadi Pengemudi Atau Penumpang?
Setiap orang pasti pernah naik bis kota, bukan? Meski dalam musim coronavirus disease (covid-19) bis kota dilarang beroprasi. Karena dianggap bisa menjadi media penularan virus tersebut.
Hampir dua bulan ini saya tidak merasakan lagi nikmatnya naik bis kota. Karena harus bekerja dari rumah. Tetapi masih terbayang tentang penuh sesaknya bis kota. Kadang mendapatkan pengemudi yang ugal-ugalan. Penumpang yang ngga sabaran. Penjual asongan yang sok maksa. Pengamen yang datang silih berganti. Pengemis dengan penuh iba mengharapkan belas kasihan. Bahkan ada juga yang meminta sumbangan untuk kegiatan keagamaan atau sosial. Pokoknya macam-macam perilaku orang dalam bis kota.
Kali ini saya akan menyoroti tentang peran utama dalam bis kota. Siapa itu? Tentu seorang pengemudi dan penumpang. Lantas apa istimewanya kedua peran tersebut? Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Pengemudi membutuhkan penumpang supaya mendapat imbalan. Bahkan pengemudi sering terjadi cekcok dengan pengemudi lainnya, gara-gara rebutan penumpang. Begitu juga penumpang membutuhkan pengemudi agar bisa mengantarkan mereka sampai ke tempat tujuan.
Kali ini, penulis ingin mengajak pembaca, melihat dari sisi lain tentang peran kedua posisi tersebut. Apa perbedaan kedua peran tersebut?
Seseorang dikatakan pengemudi apabila dia mengendarai kendaraan. Tentunya, seorang pengemudi bis kota harus mengetahui rute atau trayek yang dilaluinya. Pengemudi juga harus disiplin dan fokus pada tujuan. Jangan coba-coba pengemudi bis kota tidak tahu tujuan. Pasti akan diomelin oleh penumpang. Seorang pengemudi tidak boleh tergoda atau menyerobot trayek pengemudi yang lainnya. Begitu juga pengemudi yang satu dengan yang lainnya dalam satu trayek, sesama bis kota dilarang saling mendahului.
Pengemudi juga tidak boleh lengah apalagi sampai mengantuk. Karena bisa mengancam keselamatan penumpangnya. Kondisi dan stamina pengemudi harus terus dijaga, supaya bisa mengendalikan kendarannya dengan baik. Pengemudi juga, jangan lupa harus merawat kendaraannya. Supaya kendaraan awet dan tetap bisa memberikan penghasilan bagi kehidupannya.
Seorang pengemudi harus memegang kendali bagi dirinya sendiri, dan juga bagi orang lain. Seorang pengemudi juga harus menumbuhkan pola pikir yang positif, yaitu optimis mendapatkan penumpang sesuai yang diinginkan. Pengemudi tidak boleh emosional, tetapi harus mengutamakan pelayanan kepada penumpang. Karena kalau tidak, penumpang akan kapok dan tidak akan ikut menumpang lagi.
Seorang pengemudi harus lebih tahu dari penumpang. Harus lebih hati-hati dibanding penumpang. Pengemudi bertanggungjawab atas keselamatan penumpang. Selain itu, seorang pengemudi harus membawa dokumen identitas diri dan identitas kendaraan secara lengkap. Pendek kata, seorang pengemudi harus menjaga keselamatan seluruh awak dan bis kota tersebut.
Di sisi lain adalah penumpang, karena penumpang hanya sekedar menumpang, maka ketergantungan penumpang kepada pengemudi sangat tinggi. Penumpang tidak perlu tahu trayek dan rute yang dilalui secara detail, tetapi cukup tahu turunnya dimana sebagai tempat tujuan.
Seorang penumpang mengikuti keinginan sang pengemudi. Penumpang bisa berleha-leha dan “fix mindset” dan merasa sudah cukup. Penumpang bisa santai dan boleh mengantuk. Penumpang juga tidak perlu merawat kendaraan.
Kalau kita analogikan antara pengemudi dan penumpang itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru, apakah peran anda saat ini sebagai pengemudi atau penumpang?
Semoga anda semua mempunyai mental pengemudi, mengapa karena anda sebagai “agen of change”, yaitu agen pembaharu. Guru harus siap menghadapi dunia baru. Tapi tidak sekedar siap, tentu perlu adanya “skill set” yang sesuai dengan kondisi tantangan menghadapi dunia baru.
Kedepannya diharapkan dapat tercipta sebuah “learning support ecosystem” antar satu dan lainnya untuk dapat bersama-sama menyiapkan menjawab tantangan itu. Guru bertanggungjawab terhadap murid-murinya, untuk mengantarkan mereka kepada “Goals” nya dimasa yang akan datang.
Kata kuncinya guru harus bermental pengemudi, yang selalu focus pada tujuan dan tidak puas dengan yang sudah dimiliki. Mengekplorasi “mindset“ dengan tidak selalu cepat puas.
Guru juga harus bersabar dan ikhas menghadapi orang tua yang kadang cepat menyalahkannya. Lebih-lebih di masa mewabahnya virus korona. Boleh jadi guru menjadi sasaran tembak emosional orang tua. Maklum situsi yang mulai terasa sulit ini. Tetapi guru harus tetap mengayomi dan mencintai murid-muridnya.
Keberhasilan murid-murid untuk sampai tujuannya, ada di tangan dingin para guru. Karena itu hantarkanlah mereka untuk mencapai perkembangan potensinya secara optimal dan maksimal.
Guru harus segera meninggalkan zona nyaman, tinggalkan mental penumpang yang berleha-leha, yang penting tujuan sampai. Guru harus bangkit dan penuh semangat mengejar ketertinggalan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan dunia pendidikan itu sendiri.
Semoga virus korona cepat berlalu, sehingga kerinduan guru terhadap murid-muridnya bisa terobati. Guru segera bisa bertugas kembali dengan semangat dan bermental pengemudi….
Semoga ada manfaatnya….
Bekasi, 1 Mei 2020
Yan Supyanto
Baguuus pak.
BalasHapusHade pisan pa haji, tapi kadang hese pisan ngahijikeun prsepsi sangkan babarengan jadi supir teh! Komo mun supir gerbong utamanya pun ga faham jadi supir!
BalasHapusWah anak2 jadi paburisat!
Menggambarkan sluruh stake holder pendidikan harusnya seperti Gear pada jam dinding z susah sekali ke ngertinya!
Gr3geteun pa haji kalo udah seperti itu!
Sabar...perlu proses....dan ladang ibadah....
HapusSae pisan Pak Haji.kangge pembelajaran ka payunna...mudh2an sadaya Guru tiasa sapertos peng emudi....sesuai harapan meski banyak rintangan untuk masa depan yg lebih baik lg.👍👍
BalasHapus