Siapakah yang Harus Mengintervensi Anak?


Anak adalah calon manusia dewasa yang memiliki banyak potensi. Potensi itu diberikan oleh Tuhan sebagai pencipta-Nya. Potensi yang dimiliki anak, banyak yang luar biasa. Bahkan banyak potensi yang lebih hebat dibanding dengan orang dewasa.  Hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kemampuan anak yang dia tampilkan melebihi kemampuan orang dewasa.

 


Selain itu, anak juga unik. Setiap anak memiliki kelebihan yang berbeda dengan yang lainnya. Lantas, siapa yang berkewajiban mengintervensi potensi anak itu agar berkembang optimal? Ya tentunya orang dewasa. Orang dewasa berkewajiban membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak agar berkembang maksimal.

 


Kemudian, untuk memudahkan orang dewasa dalam memberikan bantuan dalam mengembangkan potensi anak.  Alangkah indahnya kita sebagai orang dewasa mengenal karakteristik potensi yang dimiliki anak. Secara umum saya sajikan beberapa karakteristik anak sebagai berikut:

 


1. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu

Pada dasarnya anak itu memiliki rasa ingin tahu. Bahkan rasa ingin tahu anak  lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Ayo perhatikan anak kecil! Pernahkah anda sebagai orang tua ditanya habis-habisan oleh anak kita sendiri? Misalnya dia menjumpai benda yang baru ia kenali. Banyak pertanyaan yang ia lontarkan. Seperti benda ini apa namanya? Untuk apa gunanya? Bagaimana cara membuatnya? Dimana belinya?  Pokoknya 5W+1H akan dilontarkan anak kepada orang dewasa. Sayangnya tidak semua orang dewasa paham tentang jawaban yang harus diberikan kepada anak tersebut. Bahkan ada jawaban yang konyol yang diberikan orang tua. Yang justru mematahkan rasa ingin tahu anak. Seperti jawaban “ko kamu bawel”,  “Udah ah ibu cape”,  “Ko yang gitu saja ditanyain” dan lain-lain.

 


2. Anak Itu Senang Belajar

Anak itu pada dasarnya senang belajar. Tapi sejak kapan anak tidak mau belajar? Boleh jadi semenjak bertanya kepada guru atau orang dewasa tetapi tidak dijawab. Atau ada pertanyaan yang dicuekin oleh orang dewasa. Ayo kita lihat anak mana yang tidak mau belajar? Mereka itu bukan malas tetapi belum menemukan seseorang yang tepat untuk membimbingnya.  Begitu juga tidak ada anak yang bodoh.  Yang ada anak tersebut belum menemukan guru terbaiknya buat mereka. Coba kita lihat anak di kelas I, waktu awal tahun pelajaran anak tersebut banyak bertanya. Sayangnya sebelum anak lebih banyak bertanya lagi kepada gurunya. Oknum gurunya sudah memberikan peringatan keras kepada anak didiknya. Anak-anak selamat datang di bangku sekolah dasar. Ingatnya kamu sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Kamu bukan anak TK lagi. Jadi ngga boleh kolokan. Ngga boleh manja-manjaan. Ngga boleh banyak tanya kalau ibu belum menjelaskan dan lain-lain.

 


3.   Anak Memiliki Banyak Potensi

Anak kecil jangan dianggap manusia mini yang tidak memiliki potensi. Mereka memiliki potensi seperti orang dewasa.  Kalau dilatih dan dikembangkan potensinya bisa maksimal. Contoh banyak anak kecil yang hapal Al-Quran. Anak kecil yang bisa menyanyikan lagu dengan suara merdu. Anak kecil bisa menjadi penceramah yang memukau pemirsanya. Ada anak yang bisa melukis dengan begitu indahnya. Banyak anak kecil menguasai IT lebih dari orang dewasa. Intinya bahwa banyak anak kecil yang memiliki potensi. Sekarang siapa yang bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi itu? Ya tentunya orang dewasa yang harus memaksimalkannya.

 

4.   Anak itu Kreatif

Anak kecil itu kreatif. Apa yang membuat anak tidak kreatif. Banyak larangan yang dilakukan orang tua. Sehingga anak menjadi penakut. Misalnya anak mendekati pohon dan mau belajar naik pohon. Orang tuanya bilang, Nak jangan naik pohon nanti kamu jatuh. Ada lagi anak yang mendekati kolam, Nak kamu jangan main di dekat kolam nanti tenggelam. Anak yang tidak mau tidur, ditakut-takuti, ayo segera tidur nanti ada polisi.  Hal itulah yang membuat anak menjadi penakut. Karena teralu banyak larangan. Padahal anak sebenarnya kreatif kalau diarahkan dengan benar.

 


5.   Anak Itu Penuh Perhatian

Anak pada dasarnya penuh perhatian. Lihat saja anak kecil dalam memperhatikan ayah atau ibunya. Mulai dari cara berpakaian, berbicara, makan dan lain-lain. Begitu juga kalau dia punya makanan,  selalu menawarkan makanan tersebut ataupun yang lainnya. Anak itu selalu memperhatikan lingkungan sekitarnya. Yang membuat anak menjadi pelit atau bahil boleh jadi pengaruh orang dewasa. Contoh sederhana, nak kalau kamu jajan jangan bagi-bagi dengan orang lain. Tahu ngga mencari uang itu susah.

 


6.   Anak Dapat Berpikir untuk Dirinya Sendiri.

Anak kecil itu selalu ingin mencari tahu dengan caranya sendiri. Tetapi kadang orang tua yang membambat perkembangan mereka. Dengan mengatakan masa yang begitu saja ngga bisa. Nih lihat contoh dari ibu. Padahal itulah awal anak menjadi tidak mandiri dan bertanggungjawab.  Sebenarnya anak itu seneng menyelesaikan persolannya dengan cara mereka sendiri.

 


Berdasarkan uraiana di atas sebenarnya yang dibutuhkan anak itu bukan penjelasan, tetapi fasilitas dan motivasi. Karena pada dasarnya anak itu memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Tugas orang dewasa adalah mengintervensi dengan cara yang tepat. Yaitu dengan menyiapkan berbagai hal terkait kenyamanan mereka untuk belajar. Apabila anak berada dalam suasana yang aman, nyaman dan bernilai, potensi dia akan tumbuh dan berkembang baik. Sekarang tugas orang dewasa adalah memberikan motivasi, dan fasilitas terhadap anak tersebut.

 


Terutama bagi guru, berhentilah hanya bertanya pada dirinya besok mau mengajar apa? Tetapi yang harus ditanyakan pada dirinya adalah besok membelajarkan anak dengan model pembelajaran apa? Besok membimbing anak dengan metode apa? Besok melatih anak dengan alat peraga apa? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang sesungguhnya yang harus dilakukan dan dipersiapkan oleh guru atau orang dewasa dalam membantu mengembangkan potensi anak supaya berkempang sesuai kapasitasnya.

 


Ayo menjadi orang dewasa yang bisa mengintervensi anak kita! Dengan cara memberikan dorongan dan motivasi agar anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

 

Bekasi, 19 Mei 2020

 

 

Yan Supyanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Bahan Untuk Renungan

Kebencian itu Seperti Bau Tomat Busuk