Menuju Indonesia yang Satu

 

Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas diperingati bertepatan dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908 oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Tentu Sobat tidak asing dengan organisasi ini kan? Ya, Boedi Oetomo merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Organisasi ini dianggap masyarakat Indonesia sebagai cikal bakal gerakan yang mempunyai tujuan besar, yakni mewujudkan kemerdekaan Indonesia pada kala itu.

 

 

Organisasi Boedi Oetomo memang bukanlah satu-satunya organisasi yang memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Boedi Oetomo-lah yang menjadikan negara Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Nah, cari tahu sejarah singkat dan beberapa fakta menarik tentang Harkitnas, yuk! Berikut ulasannya untuk Anda.

 

 

Hari Kebangkitan Nasional dimaknai sebagai kebangkitan nasionalisme bangsa Indonesia di masa lalu dalam melawan agresi Belanda yang telah memporak-porandakan bangsa Indonesia. Bagian dari luapan semangat rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada masa itu rakyat Indonesia berada pada puncak kegeramannya terhadap aksi-aksi kekerasan, penindasan dan pembodohan oleh sistem kolonialisme Belanda. Bagaimana tidak, selama 350 tahun lebih Indonesia dijajah dan diperbudak oleh bangsa lain. Semua hak-hak asasi terenggut, kesejahteraan rakyat semakin terpuruk dan perbudakan ada di mana-mana.

 

 

Kondisi bangsa Indonesia yang sengsara pada masa itu, membuat beberapa orang terpelajar ikut berpartisipasi membuat gebrakan baru dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah kalangan “priyayi” atau para bangsawan yang berada di lingkungan keraton. Kepedulian terhadap nasib rakyat Indonesia, memicu semangat mereka untuk melakukan perlawanan terhadap segala tindak kolonialisme. Sehingga pada Minggu 20 Mei 1908 bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya.

 

 

Beliau menyatakan bahwa masa depan bangsa Indonesia ada di tangan mereka. Gelora semangat hari itu melahirkan sebuah organisasi yang bernama Boedi Oetomo sebagai organisasi pendobrak pada masa itu. Perintis organisasi ini, menurut sejarawan M.C. Ricklefs (1994), adalah Dr. Wahidin Soedirohoesodo (1857-1917). Ia adalah seorang lulusan Sekolah Dokter Jawa di Weltevreden (yang sesudah tahun 1900 dinamakan Stovia). Ia bekerja sebagai dokter pemerintah di Yogyakarta sampai tahun 1899.

 

Harkitnas lahir dari semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hari Kebangkitan Nasional merupakan masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Padahal sebelumnya semua rasa itu tidak pernah ada selama Indonesia dijajah oleh Belanda. Kemudian saat itu semua masyarakat Indonesia bangkit dan bersatu untuk melawan para penjajah.

 

 

Hari Kebangkitan Nasional ditandai dengan adanya dua peristiwa yang sangat penting. Yang pertama adalah peristiwa berdirinya Boedi Oetomo, pada tanggal 20 Mei tahun 1908. Kemudian peristiwa yang kedua adalah ikrar Sumpah Pemuda. Hari itu tepat diperingati pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 dan itu sebagai salah satu dampak politik etis yang kemudian masyarakat mulai memperjuangkannya sejak masa Multatuli.

 

 Paska berdirinya Boedi Oetomo, tahun 1912 muncul partai politik pertama di Indonesia, Indische Partij. Namun saat itu nama negara kita bukan Indonesia, tapi Hindia Belanda. Setelah itu masyarakat semakin bersatu untuk melawan penjajah. Sehingga pada tahun yang sama juga dibentuk Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo. KH Ahmad Dahlan juga tidak mau tinggal diam, dirinya juga mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Begitu pula dengan Dwijo Sewoyo yang ikut mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.

 

 

Sebenarnya Kebangkitan Nasional yang pertama kali bukanlah ditandai dengan didirikannya Boedi Oetomo, tapi lebih dulu dengan didirikannya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Awalnya sarekat ini hanya dibuat untuk menandingi dominasi para pedagang Cina yang sudah menguasai pasar saat itu. Untuk menghentikan itu, maka dibentuklah Sarekat Dagang Islam. Seiring berjalannya waktu, kemudian pedagang Cina kalah jumlah. Baru pada tahun 1906, sarekat ini berubah menjadi organisasi pergerakan Kebangkitan Nasional dan berubah nama menjadi Sarekat Islam.

 

 

Gerakan Kebangkitan Nasional ada dimana-mana, hingga Suwardi Suryaningrat yang juga bergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis “Als ik eens Nederlander was” (“Seandainya aku seorang Belanda”), pada tanggal 20 Juli tahun 1913. Dalam tulisannya itu dia menolak rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.

 

 

Akibat tulisan yang dibuat oleh dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, mereka berdua akhirnya dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka. Namun saat itu keduanya boleh memilih tempatnya untuk diasingkan, dan mereka memilih dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi malah belajar banyak tentang ilmu pendidikan, namun sayang sekali dr. Tjipto malah sakit sehingga harus dipulangkan ke Hindia Belanda. Untuk itulah dengan berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei, maka diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

 

Lantas apa yang harus dilakukan generasi sekarang? Ingat! Bangsa kita adalah sebuah bangsa yang besar. Bangsa yang plural. Bangsa yang majemuk. Jangan sampai terjebak dalam jurang perpecahan yang begitu tajam dan dalam. Ibarat sebuah piramida kehidupan mulai dari puncak piramida, tengah, dan bawah jangan sampai terpecah-belah oleh dan kepentingannya masing-masing.  Apakah itu natural? Yang terjadi sebagai bangsa yang memiliki sumber daya alam melimpah seperti ini. Sangatlah menggiurkan bagi bangsa lain dan negara maju yang haus akan sumber daya alam.

 

Dan sejarah negeri ini juga mencatat.  Demikian sejak berabad-abad tahun yang lalu. Bangsa lain silih berganti ingin mengeruk kekayaan negara kita. Dan cara yang paling aman untuk menjajah negeri ini adalah tentu dengan mengadu domba sesama masyarakatnya agar terpecah-belah dan lemah. Caranya dengan mengadu domba antara pemerintah dengan rakyatnya.  Sesama anak bangsa dibenturkan. Diadu domba dengan isu SARA.

 

Mayoritas-minoritas. Jawa dan luar jawa. Liberal versus fundamental padahal semua ini bisa kita selesaikan dengan mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang kita miliki. Ingat bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar. Bangsa yang hebat. Bangsa yang ramah dan Bangsa yang toleran. Ayo kita bahu membahu menuntaskan PR kita terutamama tentang kemiskinan,  kebodohan dan keterbelakangan yang selalu menghantuinya.

 

Ayo sudah saatnya bangsa ini sadar akan jati dirinya. Sudah saatnya kita semua paham arti dari semua perpecahan. Sudah saatnya kita mengedepankan persatuan dan kesatuan. Bangsa kita diraih dengan perjuangan bukan pemberian. Sekarang kembali kepada kita semua. Kita harus bersatu  menuju  Indonesia yang satu. Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur.

 

Bekasi, 20 Mei 2020

 

Yan Supyanto

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menciptakan Pola Belajar Efektif dari Rumah

Bahan Untuk Renungan

Kebencian itu Seperti Bau Tomat Busuk